Kata siapa jilbab hanya dipakai oleh kaum muslimah saja? Ternyata
non muslim sangat berminat untuk mencoba menggunakan jilbab seperti yang
dilakukan beberapa Negara Eropa dan Amerika dalm rangka memperingati hari
jilbab sedunia. Menariknya mereka justru sangat antusias ketika mereka memakai
jilbab dan sangat merasakan efek dari mengguanakanya. Stigma negative dan
pandangan miring terhaddap muslimah yang memakai jilbab di Negara tersebut
sekaligus menghapus keraguan dan ketakutan atas apa yang terjadi selama ini
mengenai preseden buruk tentang wanita muslimah yang memakai jilbab. Hal ini
diungkapkan oleh salah seorang perempuan inggris yang sebelumnya khawatir atas
kemungkinan ganguan jika dia memakai jilbab keliling kota, tapi apa yang
dirasakanya justru merasa nyaman karena terbebas dari ganngguan
pandangan-pandangan liar dari para lelaki yang nakal yang seolah ingin melumat
dirinya ketika dia menggunakan pakaian seksi dan tak berjilbab.
Hari Hijab Sedunia mulai diperingati 1 Februari 2013, dengan
menyerukan perempuan non Muslim untuk menggunakan jilbab. Apakah langkah ini
dapat meningkatkan toleransi dan saling memahami?
"Saya tidak terlatih menggunakan apa yang anda sebut
sebagai jilbab, anda tinggal memasukannya ke kepala anda. Tetapi saya menemukan
bahwa jangkauannya sangat luas, " ujarnya dikutip BBC.
Itu yang dikatakan Jess Rhodes, 21 tahun, seorang mahasiswi
dari Norwich Inggris. Dia sangat ingin mencoba penutup kepala, tetapi sebagai
seorang non Muslim dia tak pernah berpikir bahwa itu merupakan sebuah pilihan.
Jadi ketika temannya memberikan peluang untuk memakai
jilbab, dia menyanggupinya.
"Dia meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu menjadi Muslim, ini hanya soal kesopanan, meskipun dikaitkan dengan Islam, jaid saya pikir, mengapa tidak?"
"Dia meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu menjadi Muslim, ini hanya soal kesopanan, meskipun dikaitkan dengan Islam, jaid saya pikir, mengapa tidak?"
Rhodes merupakan salah satu dari ratusan non Muslim yang
akan menggunakan jilbab dalam peringatan pertama Hari Hijab Sedunia pada 1
Februari.
Jejaring sosial
Peringatan yang diorganisir oleh seorang perempuan asal New
York Nazma Khan, dan disebarkan melalui situs jejaring sosial ini telah menarik
perhatian Muslim dan non Muslim di lebih dari 50 negara di seluruh dunia.
Bagi banyak orang, hijab merupakan simbol penindasan dan
perbedaan. Dan menjadi perdebatan mengenai Islam di negara-negara Barat.
Hari Hijab Sedunia dirancang untuk meredakan kontroversi
itu. Dan mendorong perempuan non Muslim (atau perempuan Muslim yang tidak
menggunakannya) untuk menggunakan dan mengalami seperti apa menggunakan jilbab,
sebagai bagian dari upaya untuk saling memahami.
"Tumbuh di Bronx, di NYC, saya mengalami diskriminasi
yang besar karena hijab saya," kata penyelenggara Khan, yang pindah ke New
York dari Bangladesh pada usia 11 tahun. Dia merupakan satu satunya Hijabi
(istilah untuk pemakai jilbab) di sekolahnya.
Jilbab
Jilbab
Di sejumlah negara dengan mayoritas Muslim, jilbab banyak
dijual dipasaran.
"Di sekolah menengah saya merupakan 'Batman' atau
'ninja,'" kata dia.
"Ketika saya kuliah tak lama setelah peristiwa 9/11,
jadi mereka memanggil saya Osama Bin Laden atau teroris. Itu sangat mengerikan.
"Saya berpikir satu-satunya cara untuk mengakhiri
diskriminasi adalah jika kita meminta rekan kita untuk merasakan sendiri
pengalaman berhijab."
Khan tidak menyangka akan mendapatkan dukungan dari seluruh
dunia. Dia mengatakan telah dihubungi oleh puluhan orang dari berbagai negara,
termasuk Inggris, Australia, India, Pakistan, Prancis dan Jerman. Informasi
mengenai kelompok ini telah diterjemahkan kedalam 22 bahasa.
Melalui jejaring sosial ini, Jess Rhodes terlibat. Rekannya
Widyan Al Ubudy tinggal di Australia dan meminta teman Facebooknya untuk ikut
terlibat.
Reaksi
"Orangtua saya, reaksi alaminya adalah mempertanyakan
apakah ini merupakan ide yang baik," kata Rhodes, yang memutuskan untuk
menggunakan jilbab selama satu bulan.
"Mereka khawatir saya akan diserang di jalanan karena
adanya kesenjangan toleransi."
Rhodes juga khawatir dengan reaksi ini, tetapi setelah delapan hari menggunakan jilbab dia terkejut dengan situasi positif yang dialaminya.
Rhodes juga khawatir dengan reaksi ini, tetapi setelah delapan hari menggunakan jilbab dia terkejut dengan situasi positif yang dialaminya.
"Saya tidak dapat menjelaskan tetapi orang-orang sangat
membantu, terutama di toko-toko," kata dia.
Esther Dale, 28 tahun, yang tinggal di negara bagian
California AS, merupakan seorang perempuan non MUslim lain yang mencoba
menggunakan jilbab pada hari ini.
Ibu dari tiga anak ini diberitahu oleh seorang temannya yang
merupakan seorang 'hijabi'.
Sebagai penganut Mormon, Dale paham pentingnya keyakinan
dalam kehidupan sehari-hari, dan tuduhan yang didapat karena pakaian yang
dikenakan.
Dia mengetahui stigma terhadap penutup kepala dan berharap
kesempatan ini dapat digunakan untuk menghapusnya.
"Saya mengetahui mengenai kesantunan dalam perilaku,
tidak hanya pakaian dan ini hanya merupakan asumsi yang salah bahwa perempuan
menggunakannya jika mereka dipaksa - terutama di AS," kata dia.
"Ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendidik
orang bahwa anda tidak dapat memberikan tuduhan yang akurat mengenai seseorang
berdasarkan apa yang mereka kenakan," kata Dale.*(Hidayatullah.com)
No comments:
Post a Comment