Oleh: Ustadz Budi Ashari
Saat anak disebut sebagai cobaan hidup dalam Al Quran (Al
Anfal: 28 dan At Taghabun: 15), maka para orangtua harus berhati-hati. Layaknya
sebuah cobaan, seringkali menjerumuskan jika tidak lulus dari ujian tersebut.
Potensi keburukan yang disebabkan oleh ujian tersebut harus diketahui sehingga
bisa dijaga sedini mungkin oleh para orangtua, agar lulus dengan sempurna dari
ujian anak.
Keasyikan orangtua menikmati keindahan anak. Kesibukan
orangtua mengurus anak. Waktu dan kemampuan yang tersita untuk memakmurkan anak
dan sebagainya menjadi masalah yang berakhir buruk bagi kehidupan orangtua jika
tidak mengerti.
Ada 5 potensi keburukan dari keberadaan anak bagi orangtua
yang tidak lulus dalam mendidik mereka menjadi anak yang baik dan menyejukkan
mata. Berikut ini ke 5 potensi buruk itu:
1. Menjauhkan dari dzikir kepada Allah
Allah berfirman:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9)
Dzikir adalah kewajiban seorang hidup di dunia. Mengingat
Allah dalam keadaan apapun. Sedang dalam aktifitas apapun. Dan dengan berbagai
cara; lisan, hati dan bukti perbuatan yang sesuai dengan keridhoan Nya.
Dzikir adalah bukti orangtua telah menjadi seorang hamba
Allah yang baik.
Anak berpotensi menjadi penjauh dan penghalang orangtua dari
dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga para orangtua harus
menyeimbangkan dirinya antara menjaga amanah anak tersebut dengan kepentingan
dirinya untuk menjadi hamba Allah yang baik.
2. Menyebabkan munculnya sifat pelit
Rasululloh bersabda:
“Sesungguhnya anak menjadi penyebab sifat pelit, pengecut,
bodoh dan sedih.” (HR. Hakim dan Thabrani, dishahihkan oleh Al Albani dalam
Shahih Al Jami’ hadits no. 1990)
Pelit pada akhirnya berhubungan dengan harta. Orangtua yang
merasa terbebani dengan amanah anak yang memerlukan biaya besar dalam mendidik
mereka, berubah menjadi orangtua yang pelit. Padahal pada harta kita tidak
hanya ada hak anak. Tetapi ada banyak orang lain yang berhak terhadap harta
kita.
Ini artinya, para orangtua harus tetap menjaga sifat dermawan
walaupun tugas membesarkan anak-anak memerlukan biaya yang tidak kecil
3. Penyebab munculnya sifat pengecut
Dalam hadits tersebut di atas, Rasululloh menyebutkan bahwa
anak bisa menyebabkan tumbuhnya sifat pengecut dalam hati orangtua.
Kecintaan orangtua terhadap anak. Rasa takut kehilangan
mereka. Tidak mau berpisah jauh dari mereka. Semua ini bisa membuat orangtua
mendadak menjadi seorang pengecut dalam menghadapi kehidupan ini. Rasa takut
begitu dominan. Takut mati tiba-tiba hadir. Tidak berani bertindak tegas dalam
hidupnya dengan alasan keberadaan anak-anak.
Maka, para orangtua harus tetap memiliki sifat berani dalam
mengarungi dan memutuskan langkah dalam hidup ini. Ada saat harus bahagia
bersama mereka. Ada saat harus berpisah jauh dari mereka. Ada saat mereka bisa
dipenuhi kebutuhannya. Ada saat keputusan harus diambil dalam hidup orangtua
walau berisiko kehidupan anak-anak harus lebih prihatin.
Bersandar kepada Allah yang Maha Pemberi dan keyakinan bahwa
apa saja yang dititipkan kepada Allah tak akan pernah rusak dan hilang, akan
membuat orangtua tidak kehilangan keberaniannya dalam mengarungi tugas hidup di
dunia.
4. Penyebab kebodohan
Hadits Nabi di atas menyebutkan bahwa anak juga bisa
menyebabkan kebodohan bagi orangtuanya. Kebodohan berhubungan dengan ilmu.
Orangtua yang terlalu sibuk mengurusi anaknya, memperhatikan
mereka, sering menjadikan anak sebagai alasan dari ketidakberilmuan dirinya.
Kesempatan belajar memang jadi berkurang. Minat belajar juga mulai pupus,
seiring kelelahan fisik yang mendera karena kesibukan bersama anak-anak dan
untuk mereka.
Tetapi kebodohan tidak boleh terjadi pada kehidupan
orangtua. Apalagi ilmu adalah modal untuk mendidik mereka. Bagaimana diharapkan
keberhasilan pendidikan anak, jika orangtuanya menghapus ilmu baik mereka
dengan tindakan dan lisan orangtua tanpa disadari. Semuanya berawal dari
kosongnya kepala orangtua dari ilmu.
Sehingga, anak tidak boleh menjadi alasan orangtua hilang
kesempatan menuntut ilmu. Orangtua harus tetap mempunyai waktu dan tenaga untuk
belajar dan terus belajar.
5. Penyebab kesedihan
Di akhir hadits disebutkan bahwa anak bisa menyebabkan
kesedihan bagi orangtua. Banyak faktornya. Anak sakit umpamanya, bisa jadi
hanya sakit panas biasa. Tetapi orangtua bisa sangat panik karenanya. Kepanikan
itu menyebabkan terhentinya banyak kebaikan. Atau kesedihan yang disebabkan
oleh ulah anak di rumah atau di luar rumah.
Kesedihan sering bermunculan disebabkan oleh anak. Maka ini
peringatan dari Nabi, agar para orangtua menjaga kestabilan jiwanya. Kesedihan
adalah hal yang manusiawi. Tetapi kesedihan tidak boleh terus menerus meliputi
seluruh kehidupan kita bersama anak-anak. Juga, kesedihan tidak boleh
menghentikan potensi kebaikan dan amal shaleh para orangtua.
Ya jadikanlah anak-anak kami kebaikan bagi kami.
Amin…
No comments:
Post a Comment